Ketegangan Baru di Medan Diplomasi: Cerita dari Rencana Damai AS untuk Ukraina

Gelombang Awal Informasi dari Washington
Situasi politik global kembali bergetar ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersiap berbicara dengan Donald Trump setelah Amerika Serikat menyodorkan draft rencana damai terbaru. Dokumen itu, menurut berbagai sumber, disusun oleh utusan khusus AS Steve Witkoff bersama rekannya dari Rusia, Kirill Dmitriev, tanpa melibatkan Ukraina sejak awal. Karena itu, banyak pejabat di Kyiv langsung menunjukkan sikap hati-hati.
Namun, meskipun prosesnya kontroversial, kantor Zelensky menyampaikan bahwa Washington yakin rencana tersebut mampu “menginspirasi kembali jalur diplomasi”. Selain itu, Ukraina juga menyatakan kesediaan untuk membahas isi rencana agar dapat membuka peluang menuju akhir perang yang dianggap adil.
Di sisi lain, Kyiv tetap menegaskan dukungan terhadap setiap usulan substantif yang benar-benar mendekatkan negara itu pada perdamaian. Walaupun demikian, para pejabat Ukraina memilih tidak membocorkan isi usulan tersebut karena masih perlu banyak pembahasan internal.
Ketidakselarasan Isi Rencana dan Respons Kyiv
Menurut laporan dari berbagai media internasional, usulan damai itu memuat permintaan berat seperti penyerahan sisa wilayah Donbas yang masih dikuasai Kyiv, pengurangan besar-besaran kekuatan militer Ukraina, hingga pengurangan akses terhadap senjata modern. Jika benar, maka syarat-syarat tersebut jelas lebih menguntungkan Moskow. Karena itu, respon Ukraina pun terasa datar.
Akan tetapi, dalam konferensi pers di Gedung Putih, juru bicara Karoline Leavitt membantah klaim bahwa rencana itu memaksa Ukraina membuat konsesi besar. Ia menegaskan bahwa Witkoff dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio melibatkan kedua pihak secara seimbang. Karena itu, Leavitt menyebut dokumen tersebut sebagai “rencana yang baik bagi Rusia dan Ukraina“ meskipun tidak memberikan detail tambahan.
Kremlin, melalui Dmitry Peskov, justru menganggap rencana itu tidak terlalu signifikan. Ia mengakui adanya kontak dengan AS, tetapi menegaskan bahwa tidak ada proses resmi yang bisa disebut konsultasi.
Pertemuan di Kyiv dan Harapan Zelensky
Sinyal kehati-hatian makin terasa setelah kunjungan beberapa pejabat militer senior AS ke Kyiv, termasuk Dan Driscoll, Jenderal Randy George, dan Jenderal Chris Donahue. Meski begitu, Zelensky tetap menyampaikan apresiasinya terhadap “upaya Presiden Trump dan timnya untuk mengembalikan keamanan di Eropa”. Pernyataan itu dinilai sebagai langkah diplomatis untuk menjaga hubungan baik dengan Washington, terutama ketika rencana damai itu masih penuh tanda tanya.
Pada pidato malamnya, Zelensky menekankan bahwa Ukraina membutuhkan “perdamaian yang layak“ serta penghormatan terhadap martabat rakyat Ukraina. Namun, ia juga menegaskan bahwa rancangan rencana damai mana pun harus melibatkan tidak hanya Ukraina, tetapi juga para mitra Eropa.
Peringatan dari Uni Eropa
Sementara itu, para menteri luar negeri Eropa ikut angkat bicara. Mereka memperingatkan bahwa “setiap rencana damai harus memiliki persetujuan penuh dari Ukraina dan Eropa”. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, bahkan menekankan bahwa proses seperti ini tidak boleh dilakukan secara sepihak.
Di waktu bersamaan, Peskov kembali menegaskan bahwa akar konflik harus dibahas dalam rencana apa pun. Namun, kata tersebut telah lama dipakai Moskow sebagai alasan untuk menuntut syarat-syarat maksimal yang oleh Ukraina dianggap sebagai bentuk penyerahan.
Ukraina juga menunjukkan rasa kecewa. Anggota parlemen Lisa Yasko menyampaikan bahwa mereka “tidak dikonsultasikan sama sekali” dan menilai ada pihak yang ingin menentukan nasib Ukraina tanpa persetujuan rakyatnya.
Situasi Lapangan yang Masih Membara
Walaupun perbincangan diplomatik kembali menghangat, perang di lapangan tetap berkobar. Ukraina semakin terampil menyerang infrastruktur militer Rusia menggunakan drone jarak jauh. Sebaliknya, serangan Rusia tidak berhenti menghantam wilayah sipil. Sedikitnya 26 orang tewas di Ternopil akibat serangan rudal dan drone Rusia pada pekan ini. Selain itu, 17 warga masih hilang ketika Zelensky menyampaikan belasungkawa.
Tabel Ringkas Situasi Diplomatik
| Pihak | Sikap Terkini | Catatan Penting |
|---|---|---|
| Ukraina | Bersedia membahas tetapi tanpa komitmen | Tolak syarat yang merugikan |
| AS | Dorong rencana damai baru | Disebut seimbang bagi kedua pihak |
| Rusia | Turut berkomunikasi tetapi tidak serius | Tidak akui sebagai konsultasi |
| Uni Eropa | Minta proses transparan | Wajib libatkan Kyiv dan Brussel |
Penutup Cerita Diplomasi
Melalui rangkaian reaksi tersebut, terlihat jelas bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang. Walaupun AS mencoba membuka pintu baru, banyak pihak menilai bahwa rencana tersebut harus lebih transparan, lebih adil, dan lebih menghormati posisi Ukraina. Justru dari sinilah kisah diplomasi modern kembali menunjukkan betapa rumitnya menyatukan kepentingan global saat perang masih membara.